Manggar, Rabu 6 Agustus 2025 – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Belitung Timur merilis data inflasi terbaru per Juli 2025. Kepala BPS Beltim,Dwi Widiyanto, menyampaikan bahwa tingkat inflasi tahunan (year-on-year/YoY) di Kabupaten Belitung Timur tercatat sebesar 3,5 persen, yang masih berada dalam rentang target nasional yaitu 2,5 persen ±1 persen (1,5–3,5 persen).
“Angka ini menunjukkan bahwa inflasi di Beltim masih terkendali dan dalam kondisi normal sesuai dengan target yang telah ditetapkan pemerintah,” jelas Dwi.
Komoditas Penyumbang Inflasi
Dwi menjelaskan bahwa penyumbang inflasi terbesar berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, yang didominasi oleh komoditas emas perhiasan. Menurutnya, harga emas perhiasan cenderung naik dari waktu ke waktu dan menjadi tren yang konsisten memicu inflasi dari sisi tersebut.
Kelompok pengeluaran kedua yang memberi kontribusi besar terhadap inflasi adalah makanan, minuman, dan tembakau, dengan komoditas utama sebagai berikut:
-
Beras, yang mengalami kenaikan secara nasional
-
Bawang merah
-
Daging ayam ras
-
Berbagai jenis ikan laut, seperti ikan kerisi, cumi-cumi, ekor kuning, dan ikan bulat
Kenaikan harga ikan laut tersebut dipengaruhi oleh kondisi cuaca buruk, seperti musim angin dan kemarau yang menghambat aktivitas melaut dan mengurangi pasokan hasil tangkapan nelayan.
Kelompok yang Mengalami Deflasi
Meski sebagian kelompok mengalami kenaikan harga, terdapat pula kelompok yang mengalami deflasi (penurunan harga), yaitu kelompok pendidikan. Penurunan ini terjadi karena adanya kebijakan penyesuaian tarif, terutama di jenjang SMA, yang berdampak pada penurunan biaya pendidikan dan menekan inflasi secara keseluruhan.
Ajakan untuk Bijak Berbelanja
Dalam rilisnya, Dwi juga mengimbau masyarakat untuk ikut berperan dalam pengendalian inflasi dengan bersikap bijak dalam berbelanja. Ia menekankan pentingnya menghindari panic buying, terutama untuk komoditas seperti beras, serta mendorong masyarakat untuk mencari alternatif komoditas yang tersedia di pasaran.
“Misalnya, jika harga ikan kerisi naik, masyarakat dapat beralih ke jenis ikan lain yang lebih terjangkau dan banyak tersedia. Inflasi sangat dipengaruhi oleh suplai dan permintaan. Ketika suplai berkurang, sementara permintaan tetap tinggi, maka harga akan naik. Maka dari itu, pilihan konsumsi yang bijak akan membantu menjaga kestabilan harga di pasar,” ungkap Dwi.
BPS Lakukan Rilis Inflasi Setiap Bulan
Dwi menegaskan bahwa BPS secara rutin melakukan rilis data inflasi bulanan sebagai bagian dari upaya mendukung pemerintah dalam monitoring dan evaluasi perubahan harga di masyarakat. Melalui data ini, pemerintah dan masyarakat dapat mengetahui komoditas apa saja yang memicu inflasi maupun deflasi, serta dapat mengambil langkah antisipatif secara tepat.
“Data ini juga menjadi bentuk kontribusi nyata kami dalam menjaga kestabilan ekonomi daerah,” tutupnya. (S)