SISnet Radio -Manggar, 4 September 2025. Belitung Timur kembali akan menjadi sorotan publik melalui penyelenggaraan Sembayang Rebut, atau yang akrab disebut masyarakat dengan istilah Sembayang Antu Gede. Kegiatan keagamaan dan kebudayaan ini akan berlangsung pada 6–7 September 2025 di Kelenteng Kelapa Kampit, di bawah koordinasi Ketua Yayasan Kelenteng Kelapa Kampit, Bapak Kamarudin Muten (Afa), yang juga saat ini mengemban amanah sebagai Bupati Belitung Timur periode 2025–2030.
🔹 Tradisi yang Berakar pada Kepercayaan dan Filosofi
Sembayang Rebut merupakan warisan spiritual masyarakat Tionghoa-Buddha yang telah berusia ratusan tahun. Tradisi ini diselenggarakan setiap bulan ketujuh dalam penanggalan Imlek (Cia Gwe), yang diyakini sebagai masa ketika alam baka terbuka dan roh leluhur maupun arwah tanpa keluarga (hungry ghosts) turun ke dunia.
Umat Buddha menyiapkan sesaji berupa makanan, buah, kue, minuman, dan perlengkapan ritual sebagai simbol penghormatan dan doa keselamatan. Puncak acara ditandai dengan prosesi “rebutan sesaji”, yang dalam keyakinan masyarakat dianggap sebagai perebutan berkah: membawa rezeki, kesehatan, serta keberuntungan bagi yang mendapatkannya.
🔹 Dimensi Religius, Sosial, dan Budaya
Lebih dari sekadar ritual, Sembayang Rebut mengandung dimensi yang luas:
-
Religius – penghormatan kepada leluhur dan penguatan spiritual umat Buddha.
-
Sosial – mempererat solidaritas internal komunitas Tionghoa sekaligus menjembatani interaksi harmonis dengan masyarakat luas.
-
Budaya – representasi kearifan lokal yang memperkaya identitas multikultural Belitung Timur.
-
Pariwisata – menjadi magnet budaya yang tidak hanya dinantikan warga setempat, tetapi juga menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara.
🔹 Representasi Kerukunan dan Identitas Daerah
Pelaksanaan Sembayang Antu Gede di Kelapa Kampit setiap tahunnya selalu dipadati oleh masyarakat Tionghoa-Buddha, namun tetap terbuka bagi siapa pun yang ingin menyaksikan. Fenomena ini mencerminkan semangat inklusivitas dan toleransi yang sejalan dengan slogan pembangunan Belitung Timur, “Satu Hati Bangun Negeri”.
🔹 Dukungan Sosial: 10 Ton Beras untuk Masyarakat
Dalam wawancara eksklusif bersama Sisnet Radio, Bapak Kamarudin Muten menyampaikan bahwa panitia telah menyiapkan 10 ton beras yang akan dibagikan kepada masyarakat pada acara Sembayang Rebut tahun ini.
“Beras ini sudah kami siapkan sebagai bagian dari kepedulian sosial kepada masyarakat. Jumlahnya bisa bertambah karena ada dukungan dan sumbangan dari para pengusaha yang ikut berpartisipasi. Semoga tradisi ini tidak hanya memberi makna religius, tetapi juga manfaat nyata bagi warga,” ungkapnya.
Langkah ini mempertegas bahwa Sembayang Rebut bukan hanya sekadar ritual budaya, tetapi juga sarana berbagi dan memperkuat kepedulian sosial di tengah masyarakat Belitung Timur.
🔹 Semarak Hiburan dan Peningkatan Daya Tarik Wisata
Selain rangkaian doa dan prosesi keagamaan, Sembayang Rebut tahun ini juga akan dimeriahkan dengan kehadiran artis dari ibu kota Jakarta. Kehadiran unsur seni hiburan modern berdampingan dengan ritual tradisi menunjukkan perpaduan harmonis antara spiritualitas, kebudayaan, dan industri kreatif, sekaligus meningkatkan daya tarik wisata budaya di Belitung Timur.
Dengan segala makna yang dikandungnya, Sembayang Rebut atau Sembayang Antu Gede di Kelapa Kampit bukan hanya sebatas prosesi keagamaan, melainkan juga menjadi simbol identitas, perekat kebersamaan, serta potensi unggulan pariwisata budaya yang patut terus dilestarikan dan dikembangkan.(S)