28 Januari 2024
Sisnet Radio-Manggar. Dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-22 Kabupaten Belitung Timur (Beltim), seni tradisional kuda lumping tampil memukau di depan Koramil Manggar, Selasa (28/1). Pertunjukan seni yang disuguhkan oleh kelompok Langgeng Budoyo dari Kecamatan Kelapa Kampit ini berhasil menarik perhatian ratusan pengunjung yang hadir.
Acara dimulai dengan tarian warok dan tari topeng lengger. Sebanyak 17 penari dengan kostum khas dan atribut kuda lumping menari mengikuti irama gamelan tradisional. Salah satu momen yang menarik perhatian penonton adalah saat salah seorang penari mengalami kesurupan dan menerobos barisan penari lainnya hingga hampir mendekati penonton. Meski sempat memicu ketegangan, situasi berhasil ditangani dengan baik oleh panitia.
Alfan, Koordinator Langgeng Budoyo, menjelaskan bahwa pertunjukan ini bertujuan melestarikan budaya Jawa agar tetap dikenal oleh generasi muda, khususnya di Beltim.
Lebih lanjut, Alfan memaparkan bahwa setiap tarian memiliki makna tersendiri. Para penari mengenakan riasan wajah tebal berwarna hitam, kostum warok, dan aksesoris khas untuk menggambarkan keberanian dan kegagahan para pejuang.
“Tarian ini tidak hanya menyajikan hiburan, tetapi juga mengajarkan nilai keberanian, semangat, dan kegigihan,” tambahnya.
Selain memperkenalkan seni tradisional, kelompok Langgeng Budoyo juga berharap atraksi kuda lumping dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya lokal.
Antusiasme pengunjung menjadi bukti bahwa seni tradisional seperti kuda lumping memiliki daya tarik yang kuat. Erlina, salah satu penonton asal Jawa Timur yang kini berdomisili di Beltim, mengaku sangat terhibur dengan pertunjukan ini.
Acara yang diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Beltim ini mendapat apresiasi positif dari masyarakat. Iringan gamelan yang syahdu dan gerakan penari yang lincah menciptakan suasana magis dan penuh makna, menjadikan atraksi ini salah satu momen tak terlupakan dalam rangkaian Hari Jadi ke-22 Kabupaten Belitung Timur.
Atraksi seni budaya tradisional ini menjadi bukti nyata bahwa pelestarian budaya lokal tidak hanya memperkuat identitas bangsa, tetapi juga menjadi daya tarik pariwisata yang potensial untuk daerah.(sis)