Khalid bin Yazid rohimahullah pernah ditanya mengenai tiga hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia:
Apakah sesuatu yang paling dekat dari manusia? Beliau menjawab, “Ajalnya.”
Apa yang paling jauh darinya? Beliau menjawab, “Angannya.”
Lalu apa yang paling diharapkan (dapat menyelamatkannya)? Beliau menjawab, “Amal sholeh.”
Ibnu Hibban rohimahullah memberikan nasihat bijak mengenai hal ini:
“Orang berakal itu tidak panjang angan-angan. Karena orang yang banyak berangan-angan biasanya lemah amalnya, dan apabila ajal telah datang maka angan-angan tidak akan ada manfaatnya.” (Roudhotul ‘Uqola)
Refleksi Kehidupan
Sebagai manusia, sering kali kita tenggelam dalam angan-angan dan rencana panjang, seakan-akan hidup ini akan terus berlanjut tanpa batas. Padahal, kenyataan yang paling dekat dengan kita adalah ajal—kematian yang tidak dapat ditunda atau dihindari. Sementara itu, angan-angan kita sering kali menjauhkan kita dari amal yang nyata, membuat kita menunda-nunda kebaikan dan lalai dalam ibadah.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati...” (QS. Ali Imran: 185)
Oleh karena itu, yang paling kita harapkan dan dapat menyelamatkan kita kelak bukanlah harta, pangkat, atau cita-cita duniawi, melainkan amal sholeh yang kita lakukan dengan tulus semata-mata karena Allah.
Kesimpulan
Hendaknya kita lebih banyak beramal daripada berangan-angan. Sebab, amal sholeh adalah satu-satunya bekal yang akan menemani kita saat ajal menjemput. Semoga Allah SWT memberi kita kemudahan dalam berbuat kebajikan dan menjauhkan kita dari kelalaian terhadap akhirat.
Editor: Sisnet Radio